Massa menuding Rektor perguruan tinggi baru tersebut menyalahgunakan jabatan dan wewenang dalam proses lelang pembangunan gedung laboratorium Rp42 miliar, dengan memenangkan perusahaan pemalsu dokumen negara.
Korlap unjuk rasa, Ahmad Taufik Lubis, mengatakan mereka melihat proses lelang di Itera tidak transparan. Sementara seluruh biaya pembangunan perguruan tinggi baru, yang sangat dimanjakan oleh Pemerintah Provinsi dan Kota Bandarlampung, itu bersumber dari negara alias uang rakyat.
Para demonstran juga meminta Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengevaluasi pengurus di Itera, mulai dari Rektor, Bagian Umum, Bagian Keuangan, dan pihak terkait dengan pembangunan.
Rektor Itera menghilang saat unjuk rasa. Temu pers usai unjuk rasa hanya dihadiri Kabag Umum Pujiono, yang tentu saja membela habis bosnya, dengan mengatakan proses lelang di perguruan tinggi tersebut sudah sesuai prosedur.
PANDAWA AF
Posting Komentar