Tak enak banget mendatanginya. Penyakit batuk dan sesak napas sudah menyerangnya bertahun-tahun. Badan pun mulai bungkuk. Jika menuruni lereng dari rumahnya, ia harus dituntun. Meskipun ia lebih senang memakai kayu untuk membantu dirinya sendiri.
Usianya sudah 90 tahun. Tapi pendengarannya masih bagus. Ia cepat mencerna apa saja yang ditanyakan. Sudah sangat emosional juga. Karena terus ditanya, ia berteriak. “Saya mau masak sore ini, gak punya beras, beli gak punya uang.”
Saman, pria lanjut usia itu, tinggal di Pekon Tanjung Sinom, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus. Ia sebenarnya memiliki ladang, tetapi tidak bisa ia garap lagi. Kalau mengupahi orang untuk mengelolanya, hasilnya tidak cukup untuk jasanya saja.
Anak-anaknya yang sudah dewasa sudah pergi jauh dan jarang pulang. Ia bersama si kecil di rumah. Tamat SD tahun ini, sang anak tidak bersekolah lagi karena takut tidak punya ongkos ke sekolah.
Saman mengaku sudah sering didata sebagai orang dhuafa, tetapi sampai Rabu, 26 Oktober 2017, ia belum pernah kebagian raskin sebiji pun.
Rumahnya juga sudah didata pada Tahun 2015, 2016, dan 2017 untuk program “bedah rumah”: “Cuma janji doang,” katanya, setengah teriak.
Saman hanya memikirkan bagaimana bisa makan sekali sehari. “Gak usah berpikir soal memperbaiki rumah,” katanya.
Selesai ngobrol hampir setengah jam, ia tak bangkit lagi dari tempat duduknya. Dari jauh terdengar batuknya makin keras. Hanya setengah kilo dari situ, terpampang foto salah seorang calon bupati, yang sedang menebar janji-janji.
MAULANA AS
Posting Komentar