Hingga Minggu, 3 Desember 2017, sebagian warga bertahan di komplek perumahan bantuan nelayan itu. Mereka tetap tinggal karena tidak ada fasilitas pengungsian dari Pemerintah. Sebagian lagi sudah meninggalkan rumahnya sejak awal banjir, bahkan karena tidak surut-surut dalam sepekan, mereka sementara pindah ke desa lain.
Saat banjir datang pada minggu pertama, ketinggian air mencapai satu meter. Ketinggian air surut menjadi setengah paha dalam lima hari terakhir. Banyak barang warga yang rusak. Umumnya sepeda motor tidak bisa dihidupkan karena terlalu lama terendam.
Berpenghasilan antara Rp20 sampai Rp50 ribu sehari, nelayan di sana berterimakasih telah memperoleh rumah bantuan dari Pemerintah, sehingga bisa tinggal di komplek Rapina Permai itu. Namun, mereka baru menyadari ditempatkan di kawasan yang tidak layak tinggal. “Kalau hujan terus-menerus seminggu, komplek ini tenggelam,” kata Syahri.
Yang membuat mereka bertanya-tanya, sudah dua pekan tidak ada perhatian dari Pemerintah. “Apa kita ini tidak dianggap warga Mesuji oleh Khamamik?” ujar Tusir, bertanya.
AGUS RAHARDJA
0 comments:
Posting Komentar