Gula Koin, Alternatif Bisnis Baru di Lampung Tengah

BANDARJAYA (15/12/2017) – Namanya gula merah koin. Di Malaysia, asal usul pertama gula jenis ini, hanya disebut gula koin. Produknya laku hingga pasar Indonesia karena bentuknya simple. Dijual di super-super market. Sementara gula merah hanya tersedia di pasar tradisional. Pasokan barang sering tersendat.

Gula merah koin lebih diminati setelah masuk warung internet. Harganya berkisar Rp12.000 sampai Rp15.000. Belum termasuk ongkos kirim. Karena permintaan banyak, produsen mendorong pabrikan memproduksi lebih banyak.

Meski baru marak dalam setahun terakhir, pembuatan gula merah koin mulai banyak di Lampung. Di Kampung Lempuyang Bandar, Kecamatan Terusan Nyinyai,  Lampung Tengah saja, saat ini terdapat tujuh industri gula koin.

Adalah Rohim, salah seorang di antaranya. Ia bahkan belum sebulan merintis bisnis ini. Namun ia optimis karena bahan baku banyak di Lampung Tengah.

Rohim membeli tebu petani dengan harga Rp300-Rp350 per kilo, sedikit lebih mahal dari harga jual petani ke pabrik gula. Tebu, kemudian, digiling, dimasak, dicampur dengan dengan gula kelapa, dan dituang ke   cetakan berukuran 2 cm.

Ia menjual dengan  harga Rp9.500 sampai Rp10.000 perkilo ke Tulangbawang Barat, Tulangbawang, Palembang, Jambi, dan Bengkulu.

Hingga 15 Desember 2017, ia baru memproduksi 10 ton sampai 15 ton per hari. “Tapi kalau peminat makin banyak, kita bisa memproduksi 100 ton per hari,” katanya.

ZEN SUNARTO

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar