Orang Gila Serbu Kalianda

KALIANDA (5/12/2017)– Kian banyak orang gila berseliweran di Kalianda, Lampung Selatan. Selain di jalan protokol  dan pasar, mereka juga menempuh Bakauheni dengan berjalan kaki. Tak terdengar Satpol PP atau Dinas Sosial menertibkan mereka dalam enam bulan terakhir.


Winarni, warga Kalianda, yang mengamati pertambahan orang gila di Ibukota Lampung Selatan, membagi mereka pada dua jenis. Yang pertama, gila karena faktor genetik dan kerusakan otak, yang kedua gila karena faktor kehidupan dan lingkungan.

Dua-duanya sama-sama berbahaya. Beberapa pedagang Kalianda mengaku sering dipelototi orang gila. “Sudah dikasi, masih datang,” kata Unai.

Orang gila akibat genetik atau kerusakan otak biasanya tak malu lagi telanjang, tidur di mana saja, atau makan apa saja. Tetapi yang gila karena faktor kehidupan dan lingkungan (stress, tidak punya uang, patah hati, bangkrut, kehilangan pekerjaan) biasanya masih memakai busana.

“Mereka merasa bisa bertahan hidup jika tampak gila. Karena orang gila tak sungkan makan apa saja, terutama sisa-sisa, yang bisa ditemui saja di perkantoran, pasar, dan jalanan,” kata Winarni.

Menurutnya, orang gila jenis kedua ini, lebih berbahaya, karena bisa mengambili barang apa saja saat lewat di depan rumah, pasar, dan perkantoran.  Mereka juga tidak takut ditangkap atau di penjara. “Selain karena orang gila tidak bisa dihukum, jika ditangkap mereka memperoleh tempat baru untuk menyambung hidup, ” katanya.

Kenapa Satpol PP dan Dinas Sosial tidak menertibkan mereka? “Paling soal anggaran. Mana ada petugas Pemerintah yang bergerak kalau tidak pakai anggaran,” kata Winarni.

GELLY

0 comments:

Posting Komentar