Mbah Sartiman, Pembuat Klanting dari Purwodadi

BANGUNREJO (7/1/2018) – Usianya sudah menjelang 80 tahun. Rumahnya sudah permanen, tetapi baru bagian depan yang diplester. Lantai masih tanah, terutama di bagian dapur. Ia dulu datang ke Lampung untuk bertani, tapi setelah badan renta, sudah tidak seberapa kuat  lagi mencangkul.

Mbah Sartiman memutuskan alih profesi menjadi pembuat klanting. Warga Dusun 3A, Purwodadi, Bangunrejo, Lampung Tengah, itu, bahkan kini tidak sendiri. “Ada sekitar 30-an pembuat klanting di dusun ini,” kata Margono, kepala Urusan Umum Desa, yang didampingi Supriyadi, Kepala Urusan Desa, Minggu, 7 Januari 2018.

Teknologi yang dipakai Mbah Sartiman untuk memadatkan singkong, sebagai bahan pokok klanting masih rekayasa. Ubi kayu dipadatkan dalam sebuah bejana, lalu dipres dengan dongkrak. Setelah menjadi adonan, ibu-ibu mencampurnya dengan tepung. “Perlu waktu tiga hari agar menjadi adonan klanting yang bagus,” katanya.

Awalnya Mbah Sartiman memerlukan tenaga banyak untuk memilin adonan singkong menjadi klanting. Tetapi belakangan ini dia membeli tiga jenis peralatan yang mengeluarkan klanting dengan ukuran yang sama.

“Kami bertahan hidup dengan membuat penganan ini,” kata Mbah Sartiman dalam bahasa Jawa.

Menurut Kaur Margono, semangat Sartiman tetap mencari nafkah di usia senja masih tinggi. Desa Purwadadi pun menjadi salah satu sentra klanting. “Mbah Sartiman masih lima tahun, yang lain ada yang belasan tahun. Meski marketnya jelas dan pembeli datang langsung ke Purwodadi, tidak ada perhatian Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah sama sekali,” katanya.

ANDHIKA SOLEH

0 comments:

Posting Komentar