Bayu: Pembuat Arang Batok dari Dusun Menur

BATANGHARI (18/2/2018) – Dari kejauhan, tempat itu seperti sedang membakar sampah, ada asap mengepul hingga ke atas. Mungkin mengagetkan bagi pendatang, tetapi tidak dengan warga Dusun Menur 2. Itu rumah Bayu, pembuat arang batok kelapa dari Batanghari, Lampung Timur.

Hampir setiap hari, Bayu memproduksi 400 kg arang batok kelapa. Dengan cara tradisional, ia membakarnya dalam 10 drum alias tiap tungku pembakaran 40 kg. Hasilnya batok kelapa sudah berwarna hitam,.

Dengan sejumlah peralatan industri, Bayu sudah bisa membuat briket bernilai Rp30 ribu per kg. Namun ia baru bisa memperoleh uang Rp5 sampai Rp6 ribu per kg.  “Kita kirim ke Bandung dan di sana dibuat menjadi briket,” katanya.

Meski banyak peralatan masak canggih saat ini, arang batok, apalagi briket arang batok, masih  unggul dalam bakar-membakar makanan. Arang batok memiliki banyak kelebihan: mudah terbakar, bara tetap menyala, kadar air kurang dari 10 persen. Bahkan briketnya tidak menganggu pernapasan saat membakar bahan makanan apa pun.

Umumnya pedagang makanan mengetahui membakar daging ayam atau sapi lebih sempurna dengan arang batok kelapa, baik dalam bentuk asli, apalagi briket. Tetapi sering tidak dipakai karena lebih mahal dan tidak sesuai harga jual penganan.

Lalu kepana tidak sekalian dibuat briket Mas Bayu? “Modal teknologinya lumayan, mas,” katanya.

Untuk membuat briket, perlu setidaknya delapan macam mesin, mulai dari pengayak, granulator, diksmill,  mesin pencampur adonan, pencetak briket, mesin press, pemotong, dan terakhir oven briket. Modalnya ratusan juta juga.

Hmm. Pantas harga briket batok kepala Rp30 ribu per kg.

BENI ALIF SYUHADA DAN BIMA DWI INDARTO

0 comments:

Posting Komentar