Masih Tradisional, Industri Kolang-Kaling di Pucung Rejo

TALANGPADANG (3/2/2018) – Dulu, kolang kaling, hanya dikenal saat puasa. Jadi sirup, kolak, atau manisan. Tetapi sekarang ini, sejumlah restoran dan penjual minuman menyediakan biji pohon aren ini setiap hari. Apalagi setelah sering disebut mengobati asam urat dan  memperbaiki sendi.

Harganya pun bervariasi, mulai dari yang mentah Rp20.000 sampai yang sudah jadi manisan Rp35.000. Yang dicampur dengan cocktail lebih murah, tetapi kolang kalingnya cuma satu dua biji.

Banyak sumber kolang-kaling di Lampung. Salah satu di antaranya dari Dusun Pucung Rejo, Singosari, Talangpadang. Beberapa warga, malah sudah lama menanam di belakang rumahnya. Tinggal metik, angkut ke belakang rumah, masak, dan jual.

Tetapi bagi Kusno, menjadi pengolah kolang-kaling belum bisa menjadi usaha pokok. Meski tiap hari bisa mengirim pesanan dua sampai 3 kuintal. Harga jualnya murah di tingkat pengolah. Sepuluh sampai dua belas ribu per kilo.

Mereka sebenarnya ingin meningkatkan nilai jual dengan mengemasnya menjadi manisan atau minuman siap jual, tetapi takut terbentur izin, seperti kesehatan dan usaha makanan minuman. Belum lagi soal kemasan. “Mikirnya jadi banyak, jadi jual kolang kaling kupasan aja,” katanya.

AHMAD SOLIHIN

0 comments:

Posting Komentar