Pembongkaran SD pavorit Pesisir Barat itu berlangsung pada
Tahun 2017 yang lalu. Hingga saat ini Pemkab belum menggantinya. Untuk
sementara pelajar dititip di SMPN 2. Pada Rabu Siang, 21 Maret 2018, guru sekolah
menengah itu tidak memperbolehkan masuk, para pelajar SDN 3 pun terpaksa ujian
di pekarangan.
Banyak orang tua siswa SD yang datang melihat anak-anaknya
ujian di luar gedung. Beberapa pelajar
menangis. Dewi, salah seorang guru SD, bahkan tak mampu membendung tangisnya,
melihat anak-anak muridnya ujan di pekarangan.
Ade Munandar, alumni SDN 3 Krui Tahun 1993, juga tak kuasa
menahan kesedihannya. “Mengapa untuk kegagahan Gedung Pemerintah Kabupaten,
sekolah teladan mesti jadi korban,” katanya.
Dedi Ansori, anggota DPRD Komisi B Pesisir Barat, sempat
emosional mendengar jawaban Wakil Kepala Sekolah SMPN 2 Dumairi, yang tidak
memperbolehkan siswa SDN 3 ujian di dalam kelas. Ia dan Ketua Komisi B Ripson
Efendi dan Kanadi datang ke sana karena juga ditelepon orang tua murid.
Sugiono, guru olahraga SDN 3, juga tampak menahan
kesedihannya melihat para muridnya diperlakukan seperti itu. Ia mengatakan
mereka juga termasuk menyewa di sana, karena dibebankan biaya-biaya, seperti rekening
listrik.
Kanadi, anggota DPRD Komisi B mengatakan, setelah dibongkar
Pada Tahun 2017, Pemerintah Kabupaten tidak pernah mengajukan anggaran
pembangunan SD Negeri 3. “Tadi baru kita dengar akan diajukan di Tahun 2019,” katanya.
Setelah dialog dengan Dinas Pendidikan, SMPN 2, dan SDN 3, Anggota
DPRD Komisi B, Dedi Ansori mengatakan sekolah SD tersebut baru bisa dibangun
Tahun 2019. “Yang kita bicarakan di tadi SMPN 2 menyiapkan 8 kelas, kelas
lainnya di MAN,” katanya.
Ketua Komisi B DPRD Pesisir Barat Ripson Efendi mengatakan
peristiwa itu tidak boleh terjadi lagi. “Kita sangat miris melihat anak didik
kita. Harus cepat dicarikan solusi agar kegiatan belajar-mengajar SDN 3
berjalan sebagaimana mestinya,” katanya.
YUAN ANDESTA
0 comments:
Posting Komentar