Matanya bengkak dan memerah gara-gara itu. Namun tidak segera diobati karena semua orang sibuk berlebaran. Baru sepekan kemudian Bayu dibawa ke sebuah rumah sakit di Metro. Berkali-kali ia di bawa sana, tapi matanya malah menjadi total buta.
Hingga Sabtu, 28 April 2018, Bayu masih hidup normal. Malah tetap bermain dengan teman-teman sebayanya. Terutama main kelereng. Permainan top anak-anak di desanya. Namun, sudah dua tahun ia harus dituntun mencari ke mana kelereng meluncur. Ia juga harus dituntun pergi dan pulang. Karena itu, ia juga belum bersekolah.
Adapun ayahnya, Ahmad Saidun, kerja serabutan. Terakhir tukang angkut sabut kelapa, dengan upah antara Rp20 sampai Rp40 ribu per hari. Cukup untuk makan. Tetapi tidak bisa menabung untuk mengobati Bayu, anaknya.
Beberapa waktu yang lalu, Warga Desa Betengsari mengumpulkan uang untuk pengobatan Bayu ke RSUDAM. Setelah bolak-balik, dokter di sana mengatakan mereka tak sanggup mengobatinya. Harus ke RSCM di Jakarta.
Ahmad dan isterinya pun kini pasrah saja. Satu-satunya harapan mereka kini menunggu dermawan datang atau Pemerintah Kabupaten Lampung Timur berbaik hati mengobati anaknya ke Jakarta.
ZAINAL ABIE DAN BENI ALIF SYUHADA
Posting Komentar