Nurhadi, anaknya, berpenyakit sejak usia sebulan. Mereka sudah mengobati ke sana ke mari. Awalnya disebut polio. Setelah tak sembuh-sembuh, tak seorang pun petugas medis memastikannya sakit apa. Dengan tubuh bongsor, anak itu harus dibantu bergerak setiap saat. Ia dibuatkan seperti kandang agar tidak menggelusur ke mana-mana.
Sejak Januari yang lalu, Nurhadi senang bukan main. Sebuah yayasan memberinya kursi roda. Ia meloncat-loncat jika dinaikkan ke sana. Inilah bantuan pertama yang diterima sejak ia lahir. “Selain pernah dapat sembako dari Pak Dendi tanggal 10 yang lalu,” kata Nurmala pada Kamis, 12 April 2018.
Tidak pernah didatangi Dinas Sosial? “Pernah. Sudah dua kali meminta foto, kopi KTP dan KK. Karena sering ditanya jawabannya 'tunggu', kita jadi malu bertanya terus,” kata wanta itu.
Adapun sang suami, Ali Mudin, bekerja sebagai buruh peras di pabrik sagu aren. Masih dipekerjakan meski sudah buta. Pria ini sudah berapa kali dioperasi katarak. Belakangan, dokter menyebutnya terkena saraf mata kejepit.
Satu hari, beberapa bulan yang lalu, seseorang dari Lembaga Pemerintah datang hendak membantu keluarga Nurmala. Syaratnya, wanita itu harus membuat kerajinan tangan. Ia pun belajar membuat bordir kaligrafi dan budaya Lampung. Kerajinan selesai, bantuan tak kunjung tiba.
Kini, Nurmala harus belajar menjual hasil bordirannya. Apalagi sudah mengeluarkan modal lumayan untuk membuatnya.
Duh, Nurmala.
IWANSYAH
0 comments:
Posting Komentar