Di lingkungan Saibatin Bengkunat, namanya juga bukan khitanan, tetapi “nayuh marga”. Perlu berhari-hari mempersiapkannya, karena melibatkan sembilan raja di sana, sarat dengan budaya khas Saibatin, dan mengundang Bupati H. Agus Istiqlal.
Puncak “nayuh marga” Fariz Indra Hapuza dan Attala Indra Rahian berlangsung pada Senin, 2 April. Keduanya putera mahkota Andi Indrawara atau Suntan Pemuka Pesirah Alam dan Desi Mulia Wardani atau Ratu Ayu Mangku Marga.
Setelah dihibur tari nyambai pada malam harinya, pagi hari panitia sudah sibuk mempersiapkan tim hadra, main tangan (pencak silat), termasuk penandu “alam geminser”, untuk mengangkut putera mahkota, atau “alam gemisikh”, saat menyambut bupati.
Acara penyambutan kedua putera mahkota berlangsung sakral. Selain ditandu di atas “alam geminser”, disambut tarian hadra, putera mahkota harus menginjak urutan tempayan, yang di Saibatin Marga Bengkunat disebut “tajalan tajam”.
Suara mercon menyambut putera mahkota juga tidak ketinggalan. Sepasukan polisi juga disiapkan untuk menembakkan peluru ke udara sebagai tanda mereka sudah tiba di kediaman.
Penyambutan terhadap Bupati Pesisir Barat H. Agus Istiqlal juga dilakukan dengan budaya Marga Bengkunat. Selain disambut tari hadra, Bupati berada di dalam “awan gemisikh”, hingga sampai di tempat acara.
Bupati makan dengan para raja. Yang hari itu hadir, antara lain Raja Dilam Lamban, Raja Tanjung Kemala, Raja Jambatan, Raja Pagar Bukit, Raja Sukanegeri, Raja Penyandingan, Raja Sukajadi, Raja Pagar Bukit, Raja kampung Baru, dan Raja Pagar Baru.
Dalam acara itu dihadirkan pusaka-pusaka “Pemanoh Cecah Linjang”. Menurut Mukhjiz Abd, barang pusaka itu mereka percaya sebagai sesuatu yang membantu banyak hal. Di antaranya, jika diturunkan pada musim kemarau, hujan pun segera tiba.
Ada 16 Saibatin Marga di Pesisir Barat, mulai dari Malaya, Pugung Marga Tampak, Pugung Penengahan, Pulaupisang, Maysindi, Laay, Bandar, Pedada, Ulu Krui, Pasar Krui, Waynapal, Tenumbang, Ngambur, Ngaras, Belimbing, dan Bengkunat. “Kalau marga kami usianya sudah mencapai 900 tahun,” kata Andi Indrawara atau Suntan Pemuka Pesirah Alam.
Yuzari, Peratin di Bengkunat, mengapresiasi gelar budaya “nayuh marga” alias syukuran khitanan itu. “Ini sangat penting dilihat generasi muda agar tetap melestarikannya,” katanya.
YUAN ANDESTA
0 comments:
Posting Komentar