Kapolres Pesawaran: Stop Kekerasan di Darul Huffaz

GEDONGTATAAN (6/6/2018) – Kapolres AKBP Syaiful Wahyudi meminta Pesantren Darul Huffaz, Bernung, Gedongtataan, atau sekolah yang lain di Kabupaten Pesawaran menyetop kekerasan di lembaga pendidikan.

Kapolres menyatakan hal tersebut pada Rabu, 6 Juni 2018, mengomentari 10 santri di Pesantren Darul Huffaz dihajar oleh kakak kelasnya, hingga luka di telinga, dahi, atau memar di pipi, kaki, dan paha pada Kamis Malam, 30 Mei 2018.

AKBP Syaiful Wahyudi mengatakan kekerasan di sekolah cukup sampai peristiwa di Pesantren Darul Huffaz. Setelah itu ia tidak ingin mendengar lagi, dengan mengajak lembaga terkait seperti Dinas Pendidikan atau Departemen Agama mengawasi sekolah.

Ke depan, demikian Kapolres, ia akan meminta bhabinkamtibmas mengawasi seluruh sekolah dan pesantren di Pesawaran. Petugas ini juga dibebankan tugas menyelesaikan persoalan, jika ada kekerasan di lembaga pendidikan.


Penganiayaan 10 santri di Pesantren Darul Huffaz sempat membuat viral di media sosial, karena  para santri di sana bahkan menyebutnya sebagai siksaan boneka samsak alias dinilai sebagai sasaran latihan.

DS, salah seorang santri kelas 7, mengatakan sang kakak kelas tidak tanggung-tanggung jika menyiksa. Ada yang kepalanya dibenturkan ke dinding, ditendang ke lemari, dipukul dan ditampar berulang-ulang, dan digebuk di tangga.

Namun, Marwan, kepala Pesantren Darul Huffaz mengatakan mereka sudah mengeluarkan siswa, yang disebut sebagai kakak kelas oleh para santri di sana. Hukuman seperti itu, menurutnya, sudah cukup bagi sekolah tersebut. “Luput dari pengawasan. Namanya kami juga manusia,” katanya.

Dalam laman www.ppdh.ponpes.id, Pesantren Darul Huffaz memungut santri barunya Rp16 juta untuk bisa bersekolah. Pesantren tersebut disebutkan memiliki CCTV pada 50 titik, Satpam 24 jam, dan layanan kesehatan. Namun ketika ditemui luka para santri belum ada yang mengobati.

IWANSYAH

0 comments:

Posting Komentar