“Justru mereka yang mencoba menyuap dengan uang Rp200 ribu,” kata Ahmad Yani di sekretariat kantornya di Gedongtataan pada Selasa, 5 Juni 2018.
Menurut Ketua LSM Gencar, hari itu ia mendapat laporan tentang keponakannya luka dianiaya kakak kelas. Ia ke Pesantren Darul Huffaz membawa wartawan. Setelah wawancara dengan santri yang luka, salah seorang ustad memberinya uang Rp200 ribu untuk diberikan kepada jurnalis yang meliput.
“Jelas saya tidak terima. Keponakan saya luka…bagaimana kalau anaknya yang dianiaya seperti itu,” katanya.
Sedikitnya sepuluh santri Pesantren Darul Huffaz, Bernung, Gedongtataan, Pesawaran, dihajar oleh kakak kelasnya, hingga luka di telinga, dahi, atau memar di pipi, kaki, dan paha pada Kamis Malam, 30 Mei 2018.
Para santri di sana bahkan menyebutnya sebagai siksaan boneka samsak alias dinilai sebagai sasaran latihan. DS, salah seorang santri kelas 7, mengatakan sang kakak kelas tidak tanggung-tanggung jika menyiksa. Ada yang kepalanya dibenturkan ke dinding, ditendang ke lemari, dipukul dan ditampar berulang-ulang, dan digebuk di tangga.
Namun, Marwan, kepala Pesantren Darul Huffaz mengatakan mereka sudah mengeluarkan siswa, yang disebut sebagai kakak kelas oleh para santri di sana. Hukuman seperti itu, menurutnya, sudah cukup bagi sekolah tersebut. “Luput dari pengawasan. Namanya kami juga manusia,” katanya.
Dalam laman www.ppdh.ponpes.id, Pesantren Darul Huffaz memungut santri barunya Rp16 juta untuk bisa bersekolah. Pesantren tersebut disebutkan memiliki CCTV pada 50 titik, Satpam 24 jam, dan layanan kesehatan. Namun ketika ditemui luka para santri belum ada yang mengobati.
IWANSYAH
0 comments:
Posting Komentar