Tiga tahun yang lalu, Sulasman, pensiunan PTPN itu, stroke. Seluruh pekerjaannya diborong oleh isterinya, Bariyah. Anak-anaknya sudah memiliki pekerjaan sendiri. Lagi pula sudah tidak tertarik dengan pekerjaan sang ayah.
Tinggal berdua di Kampung Gorasjaya, Bekri, Lampung Tengah, membuat Sulasman bersedih hati melihat isterinya berjuang sendiri. Dari hari ke hari ia memaksakan menemani buah hatinya itu bekerja. Pada mulanya cuma duduk-duduk, lama-lama bisa mencungkil satu dua buah kernel, akhirnya tanpa pertolongan dokter, stroke ketakutan melihat semangatnya.
Kini, meskipun masih stroke di sebagian tubuhnya, ia sudah terampil lagi mengais kernel dari tandan kosong sawit. “Kasihan lihat mbahmu,” katanya.
Bisa hidup dari kernel? Ternyata tidak juga. Namun keduanya sudah terbiasa dengan pola berpikir “berapa saja cukup”. Dengan harga jual Rp4.000, penghasilan dari sana hanya sekitar Rp400 ribu sebulan. “Sudah bersih dari ongkos giling,” katanya.
Di Bekri, mantan karyawan PTPN yang menggantungkan rezeki dari tanda kosong sawit cukup banyak. Perusahaan memberikan cuma-cuma sebagai penghargaan kepada mantan pekerja. Di tempat lain, terutama swasta, tandan kosong sudah diolah mesin menjadi pupuk, kertas, bioethanol, bahkan jadi salah satu material pabrik helm.
Solidaritas perusahaan terhadap mantan pekerja yang susah ditemui di daerah lain. Apalagi hal itu tetap membuat Sulasman, pria 71 tahun, tetap semangat melanjutkan hidup.
ZEN SUNARTO
0 comments:
Posting Komentar