KALIANDA (28/7/2018) – Meski tinggi letusannya hanya antara
200 hingga 400 meter, Gunung Anak Krakatau tidak aman untuk radius 1 km. “Nelayan
dan wisatawan seharusnya tidak terlalu dekat,” kata Andi
Suandi, ketua Pos Pengamatan di Hargo Pancuran, Lampung Selatan.
Andi mengatakan, sejak aktivitas meningkat dari 14 Juli yang
lalu, pihaknya dan petugas pemantau dari Pasauran, Serang, Banten, belum berani
ke Anak Krakatau. “Tugas kami tidak hanya mengamati, tetapi juga terjun ke
sana, tapi sekarang belum aman,” katanya.
Ia mengakui perhatian
dunia saat ini sedang tertuju ke Anak
Krakatau karena sering mengeluarkan lava pijar, yang tampak merah menyala di
malam hari. “Ini sangat menarik buat wisatawan. Tetapi jangan sampai masuk
radius satu km,” katanya.
Adapun jumlah letusan pada akhir Juli ini, demikian Andi,
sudah berkurang menjadi 100 hingga 200 kali sehari. Jika tertutup kabut, asap
kawah tidak keluar. Namun, jika dalam posisi terang, letusannya tampak jelas
dan lava pijar turun ke laut sekitarnya, menimbulkan asap, atau tampak seperti
aliran lava pada malam hari.
Jumlah wisatawan yang ingin melihat Anak Krakatau terus
meningkat dari Anyer, Banten. Sejumlah agen perjalanan di luar negeri, seperti www.volcanodiscovery.com, terus-terusan
memasang iklan kunjungan, terutama untuk 26 Agustus, hari Krakatau meletus 1883 lalu.
GELLY
Posting Komentar