Menyebut aksi sebagai “Gerakan 20 Ribu Mahasiswa”, BEM Unila, yang ingin masuk ke Kantor Bawaslu, dicegah polisi. Di barisan depan, berhadapan para mahasiswi dan polwan. Ketika saling desak-desakan, barisan diganti dengan mahasiswa dan polisi. Saling dorong dan sikut-sikutan pun tak dapat dihindari.
Mahasiswa BEM Unila juga membawa keranda jenazah, yang dibalut dengan kain putih bertuliskan demokrasi, yang dipersembahkan kepada Bawaslu Lampung, sebagai simbol kritikan mereka terhadap demokrasi Lampung yang dinilai mati.
Aksi saling dorong mereda setelah perwakilan BEM Unila diperbolehkan masuk, bertemu dengan komisioner Bawaslu. Di dalam kantor pengawas pemilu itu, mahasiswa mengatakan money politic terjadi terstruktur, sistematis, dan masif, hampir di seluruh Lampung, namun tanpa tindakan kongkret dari Bawaslu, Panwaslu, dan jajajarannya.
Mahasiswa juga meminta Bawaslu mendiskualifikasi pasangan Arinal – Nunik, karena dugaan terlibat money politic. Mereka juga mengharapkan lembaga pengawas pemilu itu mengusut tuntas keterlibatan korporasi dalam pemilihan Gubernur tahun 2018.
M. Fauzul Azim, koordinator aksi, mengatakan mahasiswa tidak akan membiarkan demokrasi di Lampung mati. “Ini tujuan kami ke sini,” katanya.
PANDAWA AF
0 comments:
Posting Komentar