Pemkot Bandarlampung Abaikan Tangis Kampung Griya

BANDARLAMPUNG (24/7/2018) – Pembersihan Kampung Griya Sukarame Bandarlampung mencapai antiklimaks pada Selasa, 24 Juli 2018. Setelah bentrok saat membongkar kios-kios pada Jumat, 20 Juli, Pemerintah Kota membongkar rumah-rumah yang masih dihuni warga.

Meski sejumlah mahasiswa dan aktivis menyuarakan “lawan”, petugas Satpol PP terus membersihkan rumah warga. Alat berat menggaruk apa saja yang diperintahkan. Tidak ada ampun lagi dari Pemerintah Kota  untuk rakyat. Lahan seluas 4 hektare itu harus segera menjadi kantor kejaksaan.

Karena tidak tahu akan dibongkar, anak-anak pun menangis. Sejumlah wanita pingsan. Emosional para orang tua dan pemuda memuncak. Mereka ditahan keluarga yang lain. “Sudah, sudah. Tak ada gunanya melawan. Pemerintah hanya perlu kekuasaan. Mereka tidak pernah peduli rakyat,” kata seorang gadis menyabari adiknya. 

Yuli, Seorang wanita hamil tiga bulan, bingung berbuat apa.  Ia sama sekali tidak memiliki uang untuk pindah. Suaminya sedang bekerja sebagai sopir. Dengan memangku anaknya yang masih balita, ia mengatakan, “Tidak mungkin suami meninggalkan kami, kalau tahu rumah dibongkar,” katanya.

Hingga Selasa Sore, sejumlah warga masih bertahan di mushola, satu-satunya bangunan yang belum digusur Pemerintah Kota. “Kami bertahan karena sudah 14 tahun tinggal di sini. Membeli dari penghuni sebelumnya,” ujar Yuni.

Yuni menyadari lahan tersebut milik Pemerintah Kota Bandarlampung. “Tapi kenapa membiarkan kami tinggal di sini belasan tahun. Membiarkan kami membelinya. Lalu diusir tanpa pemberitahuan,” katanya.

Saat  malam tiba, di mushola beberapa mereka terdengar berdoa. Ya Allah, kami sudah tidak berdaya. Pintu hati Pemerintah sudah tertutup bagi rakyatnya. Beri kami kesabaran untuk menghadapi kezaliman ini.

PANDAWA AF

0 comments:

Posting Komentar