Pembuat tampah itu harus berjuang hidup dengan uang Rp220 ribu sebulan, bahkan bisa kurang. Ia juga harus merawat seorang anaknya yang sakit jiwa.
Rumah yang dihuninya kini juga bukan ia yang membangunnya, tapi dari gotong royong warga di Desa Sidomukti RT 01 RW 01 Dusun 1, Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Timur.
"Kadang dapet Rp110 ribu atau Rp120 ribu, itu juga harus nunggu dulu dua minggu setelah saya selesai bikin tampah ini," kata Nenek Ngadinah, ketika ditemui sehari usai HUT Kemerdekaan RI, Sabtu, 18 Agustus 2018.
Selama ini, katanya, ia tak pernah mendapat perhatian pemerintah apalagi sampai ada bantuan langsung. "Hanya rumah ini bantuan dari warga, itu sudah lama," ujarnya.
Nenek Ngadinah tidak banyak meminta kepada pemerintah yang punya kewajiban melindungi rakyatnya. "Setidaknya saya hanya ingin pemerintah melihat keadaan saya saat ini," kata dia.
JUNAIDI
0 comments:
Posting Komentar