pTzHC95kDouQYrsREyhoYFkgZJIas4EQAFJtLwOS
Bookmark

16 Jam di Pusaran Letusan Krakatau dan Tsunami Lampung


RAJABASA (27/12/2018) – Namanya mengudara di televisi nasional dalam sehari terakhir. Perlu waktu untuk mengobrol tenang dengannya, sejak ia selamat dari letusan  Gunung Anak Krakatau  dan gulungan tsunami pukul 20.00 Sabtu Malam, 22 Desember 2018.

Mereka berangkat 15 orang. Hilang 8 saat Gunung Anak Krakatau terbelah dua. Tiga orang temannya  menyerah saat dihempas tsunami setinggi 12 meter. Mereka berempat selamat setelah berenang 16 jam.

Puji masih berusia 19 tahun saat ini. Warga Dusun Kenali, Desa Sukaraja, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan itu  sejak kecil dibawa melaut oleh keluarga dan tetangganya. Khusus bagi anak-anak muda dan pemberani,  mencari ikan di sekitar Gunung Anak Krakatau adalah target. “Ikan di sana berkelas,” katanya.

Lagi pula, bagi nelayan Sukaraja, Gunung Anak Krakatau sudah terlalu lama mengeluarkan pijar. Mereka sudah menganggap pulau itu rumah kedua untuk beristirahat. “Siapa yang tahu mau meledak,” katanya.

Berangkat pukul 10.00 pagi, Sabtu, 22 Desember dari Sukaraja, umumnya  kawanan 8 perahu itu sudah mendapat  ikan. Biasanya, mereka perlu tiga hari untuk memperolehnya. Bahkan kadang-kadang, pulang tidak membawa hasil.

Sekitar pukul 20.00, berjarak 500-700 meter,  bagian barat Anak Krakatau meletus. Puncak gunungnya meleleh dan longsor. “Saat itulah tsunami tiba. Saya memperkirakan ombak setinggi 12 meter, tetapi teman mengatakan 25 meter,” katanya.

Mereka dilibas ombak. Perahu pecah. Sadar-sadar, sejam kemudian, ia  sudah dihempaskan mendekati Anak Krakatau.  Dengan bertahan di perahu yang pecah, ia mengayuh ke gunung legenda itu. Ternyata perahu teman-temannya di sana juga sudah tak berbentuk.

Dari 15 orang, mereka tinggal bertujuh. Baru tiba di sana, Anak Krakatau meletus lagi. Kali ini dari sebelah bagian timur. “Gunung seperti belah,” katanya.

Mereka sepakat meninggalkan Anak Krakatau. Namun muncul letusan lagi. Air laut, yang pada waktu yang letusan pertama, hanya bau belerang, menjadi panas. Mereka sepakat berenang, dengan mengayuh pecahan perahu ke tengah.

Berenang semalaman di Selat Sunda itu membuat mereka lelah. Tiga temannya (Ari, Rohani, dan Sahri) menyerah. Mempersilakan lainnya berjuang mencari  pulau. Mereka tiba di Sengganak pukul 12.00 siang atau 16 jam kemudian.
.
Menurut Puji, mereka berusaha meminta tolong kepada pemilik kapal motor di sana mencari teman-temannya ke Anak Krakatau, tetapi nelayan asal Jawa tersebut tidak sanggup. Mereka malah ditawarkan diantar ke Pulau Sebesi.

Puji baru mengetahui tsunami menghantam kampungnya di Pulau Sebesi. Saat evakuasi pertama, ia pulang. Hingga Kamis, 27 Desember 2018, pikirannya masih ke teman-temannya. Ia berharap Pemerintah mencari. Hidup atau mati.

PANDAWA, DEDI KAPRIYANTO, DAN CHEPIEN  RAYDINESYA
1 komentar

1 komentar

  • Unknown
    Unknown
    28 Desember 2018 pukul 14.23
    Semoga segera di temukan
    Reply
-->