Malam itu, ia baru saja tiba di Kunjir, sejam sebelum tsunami Lampung Selatan mengamuk. Pada mulanya ia curiga melihat air laut naik 30 cm. Yuliana menelepon temannya, terputus. Ketika sang sobat menghubungi lagi, sekitar pukul 21.30, ombak setinggi 5 meter menerjang.
Yuliana begitu tenang. Ia sempat membereskan tasnya, memasukkan laptop, menggantungkannya ke punggung. Setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi. Baru sadar lima jam kemudian, sekitar pukul 02.00 Minggu Dinihari, 23 Desember. Terapung di tengah laut.
Wanita berusia 37 tahun itu tidak bisa berenang. Tas dan laptop menahan tubuhnya tidak tenggelam. Ia berpasrah dan berdoa diselamatkan. “Tiba-tiba datang bambu, yang bisa saya rengkuh,” ujarnya.
Yuliana sempat tertidur di tengah laut. Menjelang subuh, ia sudah dibawa ombak ke pinggir. Untuk mencapai pantai, ia berusaha menggeser tas dan bambu, tetapi hanya bisa beberapa meter dalam waktu 4 jam.
Petugas TNI dan Basarnas melihatnya terapung pukul 06.30 pagi di Pantai Gusung, sekitar 3 km dari rumahnya di Kunjir. Mereka menyelamatkannya dan mengevakuasi ke pantai. Membawa ke RSUD Bob Bazar Kalianda karena luka di tangan dan kaki. “Sempat bolong karena dimakan sesuatu,” ujarnya.
Meski masih dirawat, Yuliana begitu bersyukur terhindar dari amukan tsunami. Ketika ditanya rahasia yang membuat ia selamat. Yang pertama ia jawab karena doa, lalu ada tas dan laptop. Yang ketiga tidak panik. “Ketenangan membuat badan saya saat itu ringan.” Ujarnya.
DEDI, CHEPIEN, DAN HENDY
0 comments:
Posting Komentar