Samsul, salah seorang warga Pulau Sebesi yang ikut mengungsi ke Kalianda, mengatakan warga yang bertahan umumnya para tetua dan cerdik pandai. “Mungkin mereka lebih mengerti atas situasi dibandingkan kami yang ketakutan tsunami susulan,” katanya, malam Minggu, 29 Desember 2018.
Menurut Samsul, tak seorang pun warga Pulau Sebesi meninggal akibat tsunami 22 Desember. “Ini karena ada sinyal dari Allah. Air surut dulu. Semua warga sudah mengetahui sebagai pertanda tsunami segera tiba. Jadi cepat-cepat mengungsi,” katanya.
Menurut data terakhir Pemkab Lampung Selatan, 20 orang luka berat, 80 luka ringan akibat tsunami di Pulau Sebesi. Rumah rusak mencapai 90-an. Satu orang dikabarkan hilang, tapi belum ketahuan apakah karena tsunami atau melaut.
DEDI KAPRIYANTO
Posting Komentar