Padahal, demikian Maria, pilihan mengungsi berasal dari Pemerintah. Lewat televisi dan media, berbagai lembaga mengumumkan ombak tinggi masih akan terjadi hingga tanggal 26 Desember. “Siapa yang tidak cemas,” katanya, sambil mengipas cucunya yang tak bisa tidur karena kepanasan.
Darmi, pengungsi lain, tersenyum pahit ketika ditanya sampai kapan mengungsi di DPRD Lampung. Dalam usianya yang kini lebih dari 60 tahun, ia menyadari kaki lima yang ia tiduri adalah gedung wakil rakyat. “Pagi juga pulang. Tidak di sini terus,” ujarnya.
Jumari, yang kini juga sepuh di usia 65 tahun, gelisah menguyah mi instan gelasnya. Ia menyadari tempatnya tidur hanya dipakai para wakil rakyat melenggang ke ruangannya. “Setahu saya ruangan ini ber-AC. Giliran rakyatnya yang datang, panas,” ujarnya.
Setidaknya 2.500 warga 4 kecamatan kawasan pesisir Bandarlampung menginap di DPRD Lampung sejak malam Minggu karena khawatir tsunami. Selain sebagian menumpang di rumah keluarga, dua ribuan lainnya juga mulai menginap di Masjid Al-Furqon sejak Malam Senin.
Mereka berdesak-desakan di sana. Gelisah memikirkan rumah yang ditinggalkan, tetapi mengungsi karena takut dihempas air laut. Pada Senin Dinihari, 24 Desember 2018, hanya anak-anak yang tampak tidur pulas. Itupun karena kelelahan seharian di tempat yang asing bagi mereka.
PANDAWA AF
0 comments:
Posting Komentar