Lima orang itu sudah terbiasa selama tiga hari berturut-turut makan seadanya, bahkan dalam dua pekan makan hanya dua menu, nasi dan garam. Tapi, Rujito, penyandang tuna netra dan berprofesi tukang pijat masih bersyukur.
Ketiga anaknya pun tidak ada yang bisa menyelesaikan sekolah, paling banter lulus sekolah dasar. Itu juga harus pontang panting mencari biayanya.
"Kami berharap pemerintah merangkul kami. Soal makan bisa diatasi, setidaknya, tapi yang paling penting saat ini rumah ini bisa sedikit layak agar kami bisa beribadah tenang. Ibadah bagi kami soal penting menjalani hidup ini," katanya, Rabu, 12 Desember 2018.
Harapan Rujito sebenarnya sudah didapat sejak 9 tahun lalu, pemerintah menjanjikan bantuan bedah rumah. Kenyataan berbeda, wujud janji sebatas memfoto rumah untuk dokumentasi pemerintah. "Mereka cuma foto-foto rumah, setelah itu tak ada lagi kelanjutannya," ujar dia.
Setiap hari mereka berjejal dalam rumah yang kerap bocor di musim hujan, atau menggigil kedinginan tiap malam. Karena angin leluasa masuk dari geribik renggang dan usang.
Untuk sementara, kata Rujito, mereka bisa bernafas lega karena ada bantuan Sedekah Lampung. Makan bisa cukup, anak tertuanya juga bisa berjualan singkong.
IWANSYAH
0 comments:
Posting Komentar