Meletus pada 22 Desember 2018, Anak Krakatau kehilangan ketinggian dari 338 meter menjadi 110 meter. Membuang material 0,28 KM3. Menimbulkan tsunami 25 meter di sekitarnya, menggulung pantai di Lampung Selatan dan Banten, dengan ketinggian 4 hingga 12 meter.
Suwarno, pengamat Anak Krakatau di Hargo Pancuran, mengatakan gunung tersebut berhenti meletus pada 9 Januari, dengan kuanritas 4 kali, menurun dari 30 pada malam harinya, dengan rata-rata 12 letusan per 6 jam sejak 22 Desember 2018.
Hasil foto James Reynold dari Earthuncut TV pada sepekan letusan memperlihatkan kawah Anak Krakatau setinggi air laut. Hanya sepekan, pada 9 Januari 2018. satelit Finlandia ICEYE-X2 menampakkan gunung legenda itu membangun dinding, dan pada Minggu, 13 Januari 2019 kawah sudah menjadi danau.
Kawah Anak Krakatau saat ini berair. Seiring dengan waktu, danau bisa kering kalau terjadi letusan. Bisa juga tidak, jika ombak tinggi dan hujan menumpahkan air ke sana, Diameter kawah saat ini sekitar 400 meter, dengan luasan 12 hektare.
Luas anak Krakatau berkurang 70 hektare dari 390 hektare sebelum 22 Desember 2018. Air di bagian Barat masih cokelat, yang berasal dari abu dan material letusan.
Letusan Anak Krakatau 22 Desember 2018 menewaskan setidaknya 437 orang, melukai 1.941 warga lainnya. Di Lampung, 118 meninggal, 6.379 luka, dan 7 hilang, hingga Senin, 14 Januari 2018
GELLY.
0 comments:
Posting Komentar