Ranjau atau genjor yang dimaksud Suarsih adalah bagian kepala ikan teri yang harus dibuang, karena terlalu melebar. Pedagang, biasanya menolak membeli. “Harus hati-hati kalau beli ikan, bisa rugi dan habis modal,” ujar wanita separo baya itu.
Abdul Hakim, pengrajin teri lain, mengatakan tsunami Selat Sunda tidak mengurangi stok mereka mengolah ikan asin. Jika kurang di Lampung, mereka datangkan dari Medan. “Waktu tsunami Aceh, sampai dua bulan kekurangan bahan,” katanya.
Wahid, juga pengrajin teri, mengatakan genjor menurunkan harga dari Rp60 ribu menjadi Rp40 ribu per kg. Namun, harga kelas satu tetap.
Ia mengaku berada di tengah laut saat tsunami menerjang pesisir Lampung pada 22 Desember 2018. Keluarganya menyuruh pulang lewat ponsel. “Saya sampai di sini sudah kosong. Pada kabur semua. Mengungsi seminggu,” katanya.
MUSTOPA DAN DANDI HASIBUAN
0 comments:
Posting Komentar