Haelani dan Maimunah, perangkat desa Way Muli Timur, mengatakan rumah yang hancur 144 dan KK kehilangan tempat tinggal 157. Bersisa 48 di tenda karena yang lain dapat tumpangan di rumah keluarga. “Yang 48 sama sekali tak punya apa-apa ,” katanya.
Jamiah, misalnya, tidak memiliki apa-apa lagi saat ini. Suami dan cucunya meninggal. Rumahnya hancur. Wanita berusia 74 tahun itu hanya menangis jika ditanya soal nasibnya. Ia juga menangis lagi saat ditanya apa yang bisa dibantu. Begitu berat cobaan akibat tsunami untuk perempuan seusianya.
Di tempat pengungsian Desa Waymuli Timur juga masih ada Nova Lia Askia Putri, bayi berusia 2 bulan bersama ibunya Sunenti dan ayahnya Kenali. Rumah mereka hancur. Seluruh keluarga sempat keluar rumah saat tsunami pertama, namun ditimbun bangunan di gelombang kedua. Bayi dan sang ibu baru ditemukan setelah 11 jam tertimbun.
Ada juga Jumanah, yang kehilangan mertua dan anak. Ia masih mengungsi karena trauma dan rumah rusak. Ia juga bingung mencari nafkah saat ini. Perahu mereka belah. “Suami hanya tahu bekerja sebagai nelayan,” ujarnya.
JUHARSA ISKANDAR
0 comments:
Posting Komentar