Kedua pemilik akun, sehari kemudian, menghapus statusnya. Namun perjalanan 17 dan 18 Januari tersebut menjadi viral, karena Gunung Anak Krakatau baru sebulan lebih meletus pada 22 Desember 2018 yang lalu, menimbulkan tsunami, menewaskan 437 warga di Lampung dan Banten.
Anak Krakatau mempesona petualang wisatawan dan petualang karena tidak berhenti berproduksi meski tingginya berkurang dari 338 meter menjadi 110 Mpdl, dan dalam sepekan berhasil membangun dinding kawah.
Suwarno, pengamat Anak Krakatau di Hargo Pancuran mengatakan status gunung tersebut tetap siaga, berbahaya untuk warga dalam areal 5 km. Pada Sabtu, 26 Januari 2019, gunung legenda itu masih tremor menerus dengan amplitude 1-3 mm, yang disertai kegempaan.
Gempa tektonik local terjadi 7 dan 1 kali pada Sabtu, 26 Januari 2018. Demikian juga sehari sebelumnya. Tercatat juga vulkanik dalam dengan durasi 12-17 detik setiap sekali dalam dua hari, dengan jumlah 4 hingga 8. Demikian juga suara hembusan, yang naik turun dari 0 hingga belasan kali dalam sehari.
Letusan terakhir terjadi 46 kali pada 8 Januari 2019. “Ini yang membuat Pemerintah masih memberlakukan larangan mendekat dalam radius 5 km,” kata Suwarno.
GELLY
0 comments:
Posting Komentar