Tsunami Lampung: Lihat Pulau Sebesi Setelah Dikosongkan

PULAU SEBESI (31/12/2018) – Bagaimana kondisi Pulau Sebesi setelah ditinggalkan 2.800 warganya? Apa cerita sekitar 50 orang yang bertahan dan tidak ingin dievakuasi? Brigif 4 Marinir, yang dipimpin Letda Pandu Wahyu Prabowo mengeceknya, Senin, 31 Desember 2018.

Berangkat dari Dermaga Bom Kalianda  menjelang siang, ombak begitu besar. Selama perjalanan sekitar satu jam lebih, pakaian marinir basah. Akhirnya semua penumpang memakai  jas hujan.

Sekitar satu kilo mendekati Pelabuhan Sebesi, ombak ganas hilang. Laut membiru oleh sinar mentari yang cerah. Nyaris tak tampak lagi debu vulkanik. Seolah-olah perjalanan kali ini menjadi petualangan wisata.

Sesuai data Pemkab Lampung Selatan, 91 rumah rusak berat dan 2 lainnya rusak di Pulau Sebesi. Belum ada yang diperbaiki. Umumnya berada di pinggir pantai. Berjalan ke lorong-lorong, permukiman utuh. Satu persatu  orang yang bertahan keluar, melaksanakan shalat zuhur.

Herman Suhro, salah seorang warga yang belum ingin dievakuasi, mengatakan ia sedang memancing di kapal saat Gunung Anak Krakatau meletus pada pukul 20.00 Sabtu malam, 22 Desember 2018. Lalu ia ngopi. Kaget mendengar teriakan penduduk melihat air laut surut.

Pria berusia 52 tahun itu  berlari ke rumah, menyelamatkan seluruh keluarga ke gunung. Jarak antara air laut surut dan tsunami datang hampir setengah jam. Ia sempat turun lagi menyelamatkan yang lain dan melihat ombak setinggi 4 meter datang.  Di sebelah Barat 12 meter. “Teman saya, naik ke pohon kelapa masih kena air,” katanya.

Selama Anak Krakatau batuk-batuk selama beberapa tahun,  Herman Suhro  sudah sering melihat pertanda. Tiap batuknya keras, air surut dan naik. Kali ini dahsyat. “Sesuai dengan ambruknya Rakata,” katanya.

Kenapa tidak ingin mengungsi? Harus ada yang menunggu kampung, jawabnya. Namun ia dan sejumlah warga lain memiliki keyakinan Allah maha bijak dan banyak dari mereka bepengalaman melihat fenomena alam, sejak tinggal di kawasan itu sejak 1980-an.

Pulau Sebesi dikosongkan? Herman mengatakan ia ingin Pemerintah membiarkan Pulau Sebesi seperti apa adanya. “Tetapi kalau itupun terjadi, berilah kami tanah pengganti,” ujarnya.

DEDI KAPRIYANTO 

0 comments:

Posting Komentar