Hingga Selasa sore, masih banyak warga Tionghwa yang datang ke wihara yang dibangun pada Tahun 1883 itu. Selain menyalakan lilin, membakar shio, mereka juga melepas burung pipit. “Untuk melepas hal-hal yang jelek dan menjemput kebaikan,”ujar Amel, warga Telukbetung, yang melepas 32 ekor.
Setiap Imlek, pelepasan burung pipit menjadi penghasilan untuk warga satu RT dari Kalianda, Lampung Selatan. Mereka membawa 500 hingga 600 ekor ke Wihara Thay Hin Bio dan membawa pulang uang antara Rp800 hingga Rp1,5 juta satu trip.
Meski tidak semeriah tahun lalu, atraksi barongsai juga berjalan lancar. Gelaran tahun ini dilaksanakan Yayasan Dharma Bhakti karena Wihara Tay Hin Bio meniadakan acara khusus untuk menghormati korban tsunami 22 Desember lalu.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, ribuan warga Bandarlampung turun ke Jalan Ikan Kakap Teluk Betung menyaksikan atraksi barongsai, yang berlangsung dari Senin Sore hingga Selasa dinihari. Warga juga menjadikan suasana di sana, terutama latar ratusan lampu lampion merah, untuk foto selfie.
Sesuai Kalender Tiionghwa, Tahun 2570 bershio babi tanah berlemen air. Romo Jono Kardianto, kerohanian Wihara Thay Hin Bio, melihat tahun ini sebagai tahun kebaikan, kekompakan, dan kesinambungan.
PANDAWA AF DAN DEDI KAPRIYANTO
0 comments:
Posting Komentar