Sementara, bantuan yang dijanjikan pemerintah seperti isapan jempol, karena buktinya nelayan tetap tak punya perahu untuk mencari nafkah.
Ny Soleha, warga setempat menuturkan, Jumat, 22 Februari 2019, mereka sehari-harinya sangat bergantung dari bantuan Aksi Cepat Tanggap (ACT), yang membuka dapur umum sejak terjadi tsunami.
"Kalau ada pemberian ayam, atau sayur kami masak, pokoknya memasak sehari-hari tergantung bantuan. Kami belum bisa beraktivitas normal karena peralatan dan perahu untuk mencari nafkah hancur," katanya.
Sedangkan pemerintah, kata Soleha, belum memberikan bantuan. Perahu yang menjadi andalan warga setempat tidak murah untuk dibeli atau dibuat. "Belum ada bantuan pemerintah sama nelayan," katanya.
Dian Eka Darma Wahyuni, Kepala Cabang ACT Lampung mengatakan, pihaknya dengan ACT Sarana Multgriya Finansial (SMF), salah satu BUMN, membantu kebutuhan logistik para pengungsi.
"Kami dari hari pertama pasca-tsunami membuka dapur umum di tenda pengungsian. Semoga dapur ini bisa membantu mereka," ujarnya.
GELLY
0 comments:
Posting Komentar