Idah Zaedah, seorang nenek berusia 76 tahun di Gunung Agung, Terusan Nunyai, Lampung Tengah mengatakan, dari tarif semula Rp80 ribu, ia harus membayar Rp230 ribu sebulan. Rumahnya berkamar satu dan hanya memiliki barang mewah sebuah televisi kecil.
Sialnya, Idah Zaedah tidak termasuk penerima PKH atau beras rastra. Seandainya dapat, minimal mengurangi pengeluaran. Meskipun dihitung-hitung, biaya hidup tetap lebih mahal. Dapat PKH dan beras raskin, tetapi listrik naik.
Samsu, warga Gunung Agung yang lain, mengatakan biasanya ia membayar listrik Rp145-150 ribu, tetapi sekarang menjadi Rp350-360 ribu sebulan. Kakek berusia 78 tahun itu menghitung biaya hidup menjadi berlipat sejak Tahun 2018, tetapi penghasilan berkurang.
Retno, seorang kakek berusia 74 tahun di Terusan Nunyai, melihat Pemerintah saat ini terus merampok rakyat. “Mereka memberi PKH dan raskin, tetapi listrik naik, premium hilang. Tangan memberi, kaki menginjak,” katanya.
ZEN SUNARTO
0 comments:
Posting Komentar