Tetapi hidup harus terus dijalani. Apalagi ia diberkahi dengan memiliki isteri, dikarunia tiga orang anak. Salah satu di antaranya, bahkan, kini sudah berumah tangga.
Meski cacat tubuh dari kecil, orang tuanya mengajarinya bekerja apa saja untuk terus hidup. Dalam 20 tahun terakhir, ia memilih menjual makanan ke sekolah dan madrasah di sekitar Gedong Air. Awalnya gorengan, tetapi yang lebih laku saat ini sosis dan nugget.
Ia menempuh 7 km setiap hari. Mendorong gerobaknya dengan tertatih-tatih. Berangkat pukul 06.00, Sobirin baru tiba di rumah pukul 17.00 sore. Ia sering memilih istirahat di masjid atau di pelataran sekolah, sambil menunggu para pelajar membeli makanan.
Sobirin mengaku hanya membawa pulang Rp30 hingga Rp50 ribu per hari. Sebagian ia sisihkan untuk modal, sebagian lari membeli beras.
Cukup? “Nggak cukup,” ujarnya. Tetapi menurutnya, itulah misteri hidup. Dengan ikhas dan tekad mencari rezeki yang halal, kehidupannya terus berlanjut.
CHEPIEN RAYDINESYA
0 comments:
Posting Komentar