Warga 2 Desa Lampung Selatan Merasa "Dibunuh" Jalan Tol

PENENGAHAN (18/2/2019) – Sejumlah warga di dua desa di Penengahan, Lampung Selatan, merasa dibunuh pelan-pelan.  Setiap hujan,  ai, lumpur, dan pasir dari Jalan Tol Trans Sumatera  semakin menganggu permukiman dan persawahan mereka.

Marlina, warga PKS, mengatakan air dari tol seperti air terjun saat hujan. Seluruh drainase yang dibuat dalam kecuraman mengarah ke rumahnya. Saat hujan biasa banjir merendam rumahnya hingga ketinggian satu setengah meter. 

Kades Penengahan Ariyantoni melihat drainase yang dibangun pengembang tidak mengikuti sistem tata salir yang benar, mulai dari diameter sampai pertimbangan kecuraman. Ia yakin, permukiman di sana tenggelam jika hujan besar datang.

Karyanto, warga Tetaan, mengatakan dampak tol tidak hanya mengancam permukiman, tetapi juga persawahan. Gorong-gorong tol membanjiri sawah, tidak hanya dengan air, tetapi juga lumpur dan pasir.

Menurut Karyanto, mereka merasa dibunuh pelan-pelan. Pengembang jalan tol PP dan HK pernah janji memperbaikinya. “Tetapi hingga sekarang kedua perusahaan itu seperti memainkan warga saja,” ujarnya.

Komisi C dan B DPRD Lampung Selatan kembali mengunjungi dua desa tersebut Sabtu, 16 Februari 2019. Salah satu anggotanya, Hamdani, melihat PP dan HK tidak serius menangani dampak tol. Ia berjanji akan mengundang kedua perusahaan tersebut hearing terbuka. “Jangan sampai warga di sana memblokir jalan tol,” katanya.

GELLY

0 comments:

Posting Komentar