Lempar Selendang, Kearifan Muli Mekhanai Lampung

KALIANDA (4/3/2019) – Nyaris punah sejak 1990-an, pemuka adat Kalianda, Lampung Selatan, kembali  menyemarakkan budaya sekuwakhian atau pertemuan muli dan mekhanai alias pemuda dan pemudi dalam pesta perkawinan adat Kantata Taqwa dan Rika Fitriana di Palembapang, malam Selasa, 4 Maret 2018.

Sekuwakhian dimulai dari muli mekhanai duduk berhadapan. Setelah saling pandang, acara dilanjutkan dengan lempar selendang:  muli ke leher mekhanai atau sebaliknya, sesuai pilihan. Para remaja juga berbalas pantun dalam bahasa Lampung Kalianda.

Acara ini biasanya dilaksanakan pada manjau muli, saat mempelai wanita turun ke rumah pengantin pria.  Muli mekhanai berkumpul sebagai imbalan telah bekerja: nyakhak, kahibos, nutu gakhepung, dan nyaccak. Malam itu mereka juga mendapat makanan khas kekkuk, bubur yang terbuat dari tepung ketan atau beras.

Pangeran Baraja Agung Fitrah Adi Saputra dan Yunizar Adha, tokoh pemuda Palembapang, tampak hadir dalam acara tersebut. Di luar dugaan mereka, ratusan muli mekhanai hadir mengikuti malam muda mudi tersebut. "Kearifan budaya ini harus dipertahankan," kata Pangeran.

Tampil pula Sanggar Saibuai Palembapang yang melantunkan lagu-lagu khas Lampung. Lengkap dengan alat musik tradisional, gambus lunik, akordion, gamolan, gendang, kompang, kerenceng, dan biola.

GELLY DAN AZIZI

0 comments:

Posting Komentar