Nenek Renta di Tanggamus Hidup dari Pecahan Batu


CUKUHBALAK (11/3/2019) – Seorang nenek renta di Dusun Batucumuk, Pekon Pekondoh, Kecamatan Cukuhbalak, Kabupaten Tanggamus hidupnya cukup memperihatinkan. Dia hanya hidup dari hasil memecah batu.

Nenek Mar’ah yang berusia 67 tahun tersebut hidup bersama anaknya dengan serba kekurangan. Ia menempati sebuah rumah yang tidak layak huni. Ironisnya lagi, dia nyaris tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, khususnya Program Keluarga Harapan (PKH) dan bedah rumah.

“Kalau beras dapet satu bulan sekali. Kalau bantuan lainnya kayaknya tidak ada,” kata Mar’ah sambil memukul-mukulkan palu ke batu, Senin, 11 Maret 2019.

Kondisi rumahnya memang cukup memprihatinkan, dinding-dinding papan sudah rapuh dan berlobang akibat terkena panas dan hujan. Kondisi itu diperparah setelah Mar’ah ditinggal suaminya, pada Tahun 2011. “Suami saya sudah meninggal,” ujarnya.

Kehidupan sang nenek sehari-harinya menggantungkan dari pekerjaannya sebagai pemecah batu Split dan anak nya mencari kayu bakar. Dia menjelaskan, memecah batu split dalam satu bulan hanya bisa mengumpulkan satu kubik, dengan dihargai Rp.150-170 ribu. “Satu kubik itu bisa berbulan-bulan,” kata nenek Mar’ah.

Saat ini, selain mengandalkan mata pencaharian dari memecah batu, Mar’ah juga mengandalkan bantuan dari masyarakat sekitar yang peduli dengannya. “Ya kadang ada yang bawain makanan, yang kenal-kenal saja,” kata Mar’ah sambil mengusap keringatnya dengan kain.

MAULANA AS

0 comments:

Posting Komentar