Erwan, ketua KPPS TPS 10 Banjarnegeri sampai menyebut data dari KPU cukup memusingkan, karena mereka berhadapan langsung dengan warga. Khusus untuk yang meninggal, warga merasa sudah melapor. RT dan Pekon sudah diberitahu sejak 3 tahun yang lalu.
Salah seorang kepala dusun di Gunung Alip mengatakan DPT yang dikeluarkan KPUD seperti tidak berubah dari data lama. Padahal, secara rutin, mereka sudah melaporkan warga yang meninggal, warga yang pindah, dan bertambah usia menjadi boleh memilih.
Yang paling memusingkan Ruli, ketua PPS di Banjarnegeri adalah orang yang disuruh memilih lebih jauh, berjarak 2 TPS, padahal di sekitar rumahnya, yang hanya berjarak meteran, terdapat TPS. Penafsiran warga jadi macam-macam.
Para petinggi KPUD santai saja dengan kehebohan DPT di kalangan bawah. Ahmad Kosim, ketua PPK di Tanggamus mengatakan warga yang sudah meninggal tidak bisa dicoret dari data. Bely, ketua PPK Gunung Alip, mengatakan sudah biasa orang tiba-tiba meninggal. Sedangkan Alimudin, ketua PPS Purwodadi, mengakui data sudah lebih bagus dari DPT Pemilihan Gubernur Tahun 2018, tetapi masih ada saja yang ganda.
Ketua KPUD Tanggamus Otto Yuri Saputra mengatakan keluarga yang meninggal seharusnya melapor dan mengganti kartu keluarganya. Sedangkan penempatan DPT dianggap tidak terlalu jauh.
AFNAN HERMAWAN
RALAT: Tulisan Alimududin di Video seharusnya Alimudin.
0 comments:
Posting Komentar