Namun, rumah yang terbuat dari geribik dan tinggal menunggu rubuh itu tidak pernah tersentuh perhatian siapa pun, apalagi Pemerintah. Berlokasi di Desa Sari Damai, Natar, Lampung Selatan, kemiskinan seolah terbiarkan oleh kepapaan lain di sana.
Sumijo, pemilik rumah reot itu, memang bekerja serabutan. Ia sangat bersyukur jika memperoleh Rp50 ribu sehari. Kalaupun kadang dapat upah lebih tinggi, ia harus memikirkan Joko, anaknya herusia 18 tahun, yang terbelakang mental hingga saat ini.
Joko, sang anak, sakit sejak usia 1,5 tahun. Sejumlah dokter menyebutnya hepatitis, tetapi tak kunjung sembuh diobati. Mental sang anak diperparah karena ditinggal ibunya. Sang ayah, sering harus memilih, mengasuh putera atau mengais rezeki.
Kemiskinannya menyebar lewat medsos dalam bulan Ramadhan 2019. Seorang derwawan, Kiai Romli, sepakat membantu Sumijo dan puteranya Joko pada Selasa 28 Mei 2019, berupa bedah rumah.
Sumijo tampak tak bisa berkata-kata menerima bantuan itu. Matanya berlinang-linang, namun airnya jatuh ke dalam. Ini Ramadhan yang sangat berarti baginya. Meski esok, ia tetap harus berpikir bagaimana cara mengobati puteranya.
CHEPIEN RAYDINESYA
Posting Komentar