Sebagaimana masjid lama lainnya di Indonesia, Al-Anwar menjadi salah satu pusat Islam di Lampung. Setiap Ramadhan tiba, suara meriam terdengar dari sini, sebagai tanda buka puasa. “Suaranya membahana sampai radius 3 km,” ujar pengurusnya Ahmad Effendi Abdullah, yang juga dikerap dipanggil Ujang, pada Selasa, 7 Mei 2019.
Menurut Ujang, lahan masjid seluas 6.500 meter itu hadiah dari Belanda kepada empat orang dari Makasar: H.Muhammad Saleh, Sulaiman, Muhammad Ali, dan Daeng Sawiji. Tiga dari mereka ulama, membimbing warga sekitar beribadah.
Gunung Krakatau meletus pada 1883. Hampir seluruh kawasan pesisir di Bandarlampung musnah. Namun semangat terus mendirikan syiar Islam diteruskan Ismail, keturunan suku Bugis, yang kemudian bernama Abdul Ghofar. Lurah Telukbetung ini kembali membangun masjid Pada Tahun 1888.
Masjid Al-Anwar, demikian Ujang, menjadi pemersatu suku Lampung, Bugis, Banten, Sunda, dan Palembang. Menjadi basis perlawanan Belanda. Sudah beberapa kali renovasi, di antaranya pada Tahun 1962 dan 1997.
DEDI KAPRIYANTO
0 comments:
Posting Komentar