Kopi disangrai di tungku selama beberapa jam, pengepakan hingga penjualan pun masih konvensional. Tapi, cara itu bisa membantu keluarga sekaligus mengurangi pengeluaran rumah tangga.
Menurut Ela, pembina kelompok tani wanita pekon tersebut, ide memproduksi kopi pertama kali karena banyak kegiatan senggang. Karena itu mereka mengusahakan pembuatan kopi.
"Ada enam tungku di sini dan enam kelompok. Produksi mulai kopi kemasan kecil seharga Rp2 ribu sampai 250 gram seharga Rp15 ribu. Kami menjualnya ke pasar terdekat, sebagian sampai ke pasar di Kabupaten Pringsewu," kata Ela, Jumat, 18 Juli 2019.
Kelompok ibu itu juga membuat keripik pisang berbagai rasa dan penjualan masih tradisional dengan cara penitipan ke warung-warung. Tapi, kreativitas itu positiif karena kaum perempuan di desa punya kegiatan rutin.
Hanya saja kreativitas mereka menghadapi kendala mesin giling. Ela mengatakan, camat berjanji mengusahakan bantuan mesin pengiling kopi supaya lebih mudah proses pembuatannya.
Selama ini mengiling kopi di pasar tapi biayanya mahal mencapai Rp5 ribu per kilo.
AFNAN HERMAWAN
0 comments:
Posting Komentar