Karena satu-satunya jalan penghubung, warga tetap melewati jembatan yang sedang dibangun tersebut, meski dengan susah payah menanjak dan harus melewati sungai. Khusus pejalan kaki, warga membuat jembatan papan darurat, tetapi saat hujan tergenang air.
Khairul, warga Banjarnegeri, yang sehari-harinya melewati jembatan tersebut, mengatakan ia mempertanyakan penyelesaian sengketa lahan jembatan yang lambat. “Masyarakat juga yang menjadi korban. Kita menjadi susah begini,”ujarnya.
Amroni, Ketua GMBI Tanggamus, melihat sengketa lahan jembatan Way Tebu sebagai contoh Dinas PUPR tidak teliti. Namun apa pun kesalahannya, kedua belah pihak harus segera menyelesaikannya karena tetap merugikan masyarakat.
AFNAN HERMAWAN
0 comments:
Posting Komentar