Namun, entah karena berjarak 150 km dari pusat ibu kota Lampung Tengah, kawasan ini sering luput dari perhatian Pemerintah. Jalan umumnya masih tanah. Kalaupun ada yang berbatu, sebagian sudah lenyap.
Masih banyak pula bangunan geribik, berlantai tanah, dan tinggal menunggu rubuh diterjang angin. Dibangun tanpa dapur, kamar mandi, apalagi kakus.
Parno, tokoh masyarakat setempat, mengatakan umumnya warga malah terbiasa buang air besar, mencuci, dan mandi di selokan. Sehingga di bawah air yang jernih itu semua sampah dan kotoran bersatu.
Parno tak bisa menyalahkan masyarakat. Entah karena terlalu jauh, kampung mereka jarang diberi penyuluhan. Ia mengakui petugas Dinas Kesehatan pernah datang, tapi hanya sekedar bertamu, pulang tak meninggalkan kesan.
CHÈPIEN RAYDINESYA DAN SIGIT S
0 comments:
Posting Komentar