Masalah bertambah lagi hingga membuyarkan mimpi untung, karena pabrik penampung memberlakukan pemotongan harga keterluan mulai 20 sampai 25 persen. Petani tak pernah mendapat penjelasan alasan pemotongan tersebut.
Karena dua masalah itu, keuntungan kemungkinan besar tidak bisa lagi diharapkan, yang ada bayang petani harus menanggung kerugian untuk sekadar membereskan biaya operasional seperti biaya pupuk atau tenaga kerja.
Sumiran, petani singkong asal Kampung Karang Endah, menuturkan, Sabtu, 28 Maret 2020, ulah pabrik memotong sampai 25 persen sudah keterlaluan, karena harga anjlok pun sudah membuat petani terpuruk. Tapi, mereka tak bisa berbuat banyak karena butuh penampung untuk menjual barang.
Masalah akhirnya ditelan mentah-mentah meski sangat pahit bagi petani singkong. Mereka sebenarnya menunggu peran pemerintah tapi yang diharapkan itu tidak pernah datang.
ZEN SUNARTO
Posting Komentar