Dengan modal tas kecil, jaket jeans Cihampelas, dan bekal uang tunai Rp300 ribu dari ibu, ia pun nekat merantau. Apalagi setelah mendengar dari kakaknya, tak banyak pesaing di Ibukota Negeri para Sebatin dan Ulama itu.
Berangkat pagi dengan bus biasa dari Bandung, Fauzan kelelahan sampai kapal. Ia hanya naik kapal biasa dan tidak sanggup masuk ruangan ber-AC. Agar bisa tidur lelap, jaket Cihampelas pun dibuka. Ia menaruh dompet dan ponsel di sana.
Saat seseorang membangunkannya dengan menyebut kapal sudah tiba di Pelabuhan Bakauheni, Fauzan hendak mengabari kakaknya, meminta petunjuk naik apa ke Rajabasa dan selanjutnya memesan travel apa ke Pesisir Barat.
Ponsel hilang. Dompet masih ada, tapi sisa uang Rp100 ribu lenyap. Hanya ada identitas, termasuk surat rapid tes, di sana.
Hampir setengah jam Fauzan memutar otak, hingga akhirnya mendekati sebuah konter, meminta tolong menelepon abangnya.
Sang kakak mengirim uang Rp100 ribu lewat petugas konter untuk ongkos ke Terminal Rajabasa. Karena khawatir, saudaranya itu menelepon lagi akan menjemputnya di Bandarlampung.
Fauzan begitu senang mendengarnya. Setelah makan dan menyulut rokok sebatang, ia tertidur di depan konter. Menunggu perintah dari sang kakak kapan berangkat dari Pelabuhan Bakauheni.
ROY SHANDI
Posting Komentar