Di Taman Kupu-kupu Gita Persada Jalan Wan Abdurahman Teluk Betung Utara, pemiliknya, Anshori Djausal sengaja mengundang anak-anak untuk menyaksikan fenomena alam yang terjadi 150 tahun sekali itu.
Di Itera, Bagian Prodi Sains Atmosfer dan keplanetan menyertakan belasan mahasiswa dan dosen, dengan peralatan teleskop mutakhir, untuk menyaksikan bulan tertutup sejak sore dan kembali full jelang pukul 20.00.
Banyak masjid menyelenggarakan shalat gerhana bulan, lengkap dengan khutbahnya, meski tidak dilakukan serentak. Beberapa tempat mengadakan bagda magrib, namun ada juga setelah shalat Isya.
Dosen Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera Hendra Agus Prastyo mengatakan warga Indonesia Timur paling lama menyaksikan gerhana bulan, yang bertepatan di Hari Waisak. Penduduk di sana bisa menyaksikan sejak bulan tertutup. Sedangkan di Bandarlampung baru tampak setelah terbuka kembali.
Alumni Teknik ITB dan penggemar astronomi Ansori Djausal mengatakan, meskipun gerhana bulan sering terjadi, fenomena ini harus menjadi perhatian, karena berpengaruh dan berdampak pada kehidupan.
Pemilik Taman Kupu-Kupu Gita Persada itu sengaja mengundang banyak anak ke lokasi wisatanya agar mereka memahami alam, terutama soal kecepatan cahaya dan perubahan iklim.
DEDI KAPRIYANTO DAN JUHARSA ISKANDAR
Posting Komentar