Selain pertanian dan hasil hutan, Tugu Papak kini dikenal sebagai penghasil lebah klanceng trigona. Setidaknya 32 kepala keluarga membubidayakannya, dan masing-masing minimal memiliki 10 sarang lebah.
Sumadi, salah seorang warga, mengatakan warga banyak membudidayakan lebah setelah ekonomi lesu akibat pandemi covid-19. Dalam dua tahun terakhir ribuan sarang kini bisa dijumpai di Pekon Tugu Papak.
Yang membuat warga ramai-ramai membudidayakan madu, alam sekitar menyediakan makanan untuk lebah, warga tinggal menyediakan sarang, dan menunggu panen 1 hingga 2 bulan. Tiap sarang menghasilkan 1 liter madu.
Fitra Permana, warga lain, mengatakan mereka menjual 1 liter madu Rp320 ribu, tetapi ada juga yang memesan kemasan 1 kg Rp250 ribu atau botol 470 ML dengan harga Rp150 ribu.
Sayang, budidaya madu berbagai jenis trigona ini tidak pernah dilirik Pemerintah Pekon atau Pemkab. Warga hanya memasarkannya lewat medsos, dengan taruhan kepercayaan yang tinggi agar tidak dianggap madu campuran.
HARDI
Posting Komentar