Mujiono, pengelola apotek di Bandarjaya Timur, mengatakan kelangkaan terutama terjadi pada obat flu dan batuk yang biasa dikonsumsi oleh warga tanpa resep atau antivirus yang sering direkomendasi dokter.
Pria yang sudah puluhan tahun di bidang farmasi itu juga menyebut vitamin menghilang di pasaran karena banyak warga ingin menguatkan imunitasnya. Permintaan tidak seimbang dengan kiriman dari pabrik.
Di Metro, kelangkaan obat antivirus dan vitamin membuat Kejaksaan Negeri setempat investigasi ke 4 apotek. Selain ingin mengetahui harga jual, mereka ingin mengetahui penyebab kelangkaan di toko obat tersebut.
Kasi Intel Kejari Rio Irawan P. Halim mengatakan pihaknya tidak menemukan 11 macam antivirus yang disarankan Kementerian Kesehatan dijual di apotek. Umumnya alasan pedagang tidak menerima lagi dari perusahaan farmasi.
Kesebelasan antivirus itu Favipiravir 200 Mg tablet, Remdesivir 100 Mg injeksi, Oseltamivir 75 Mg kapsul, Intravenous Immunoglobulin 5% 50 Ml infus, Intravenous Immunoglobulin 10% 25 Ml infus, Intravenous Immunoglobulin 10% 50 Ml infus, Ivermectin 12 Mg tablet, Tocilizumab 400 Mg/20 Ml infus, Tocilizumab 80 Mg/4 Ml infus, Azithromycin 500 Mg tablet dan Azitthromycin 500 Mg infus.
SIGIT S DAN MARTIN RPD
Posting Komentar