Rusaknya jalan juga membuat jalan poros Pekon Jatiaagung sepi. Tidak banyak kendaraan yang bersedia mengangkut hasil pertanian penduduk karena untuk melewatinya perlu waktu lebih lama dibandingkan daerah lain.
Delapan puluh persen mata pencarian penduduk sebagai pembuat bata dan genteng juga menjadi soal. Minimal 10 persen dari material yang diangkut dari daerah itu hancur saat tiba di tempat pemesanan.
Suparmi, warga Ambarawa, juga mengeluhkan debu saat musim panas dan becek di musim hujan.
Ponirin, warga lain, menyebut hal tersebut sudah berlangsung selama 10 tahun tanpa ada tanda-tanda perbaikan jalan.
DAVIT SEGARA
Posting Komentar