Dengan membawa jaring atau jala, warga, yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak memenuhi Bendungan Way Pisang, dari pagi, hingga sore. Dalam sehari, setiap orang membawa 15 hingga 20 kilogram ikan dari sana.
Warga menyebutnya ikan julung-julung karena menyerupai jenis yang sama di laut. Sedangkan palau sejenis nilem atau paweh.
Amirin, salah seorang warga, mengatakan ikan melimpah karena berbagai hal. Yang pertama perubahan siklus di Way Sekampung, sehingga lulung-lulung dan palau berimigrasi. Bisa juga karena musim panen berakhir atau musim hujan menggerus ikan dari persawahan.
Meski tidak terjadi setiap tahun, limpahan ikan dinikmati warga setelah Bendungan Way Pisang ada sejak 1980-an.
Tinah, warga lain, menyebut warga di sekitar Bendungan Way Pisang sudah tidak asing dengan ikan melimpah pada periode 1 atau 2 kali setahun. Tahun ini menjadi geger karena tersebar lewat media sosial.
Dari segi banyaknya ketersediaan ikan, Tinah menyebut pada musim tahun ini lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, dari tahun ke tahun, besaran ikan makin mengecil.
Setiap musim ikan, anak-anak selalu ingin ikut serta. Selain bisa berendam dan mandi, mereka ikut menjaring, membantu bapak dan ibunya.
ROY SHANDI
0 comments:
Posting Komentar