Rumah geribik berukuran 4 kali 6 meter itu ditempati Watono dan Supriyati sejak menikah dan kini memliki dua anak, satu sudah di SMP, seorang lagi masih sekolah dasar.

Meski lahir dan besar di RT 1 RW 6, Dusun Srinusa Bangsa, Watono hanya memiliki rumah geribik dan lahan pekarangan, itu pun pemberian dari orang tua. 

Untuk terus hidup, pria berusia 44 tahun tersebut bekerja serabutan sebagai petani upahan. Dulu, bersama Sugiyati, isterinya berumur 43 tahun, mereka sama-sama mencari nafkah, namun, setelah memiliki dua bocah, wanita itu lebih fokus ke pendidikan anak.

Dalam kondisi sesederhana itu, keluarga ini ternyata tak pernah menjadi perhatian Pemerintah. Mereka tidak memperoleh PKH atau BPNT. Petugas bedah rumah pernah mampir beberapa tahun lalu, setelah itu tidak ada kabar lagi.

Supriyati, seorang tetangga, menyebut keluarga Watono termasuk memprihatinkan di lingkungan tersebut. Hal ini juga diakui oleh Tukirin, Kadus 1 Srinusa Bangsa, Ponco Kresno, Negeri Katon, Pesawaran.

Meskipun kepala dusun, Tukirin tak mengetahui persis ke mana alamat membantu warga seprihatin itu. Ia sudah mendata dan memberi masukan. Namun, yang memperoleh bantuan masih warga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih bagus dari Keluarga Watono.

PIYAN AGUNG